ko·mit·men n perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: perkumpulan mahasiswa seharusnya mempunyai -- thd perjuangan reformasi
Oh iya?
Sedikit bercerita tentang komitmen. Saya pelajar bersahaja yang katanya punya komitmen. Ingin ini dan itu pokoknya banyak sekali dech..hufff... (ceritanya ngikutin gaya nulis abg). Tapi hasil yang saya dapatkan jauh dari yang namanya produktif. Bukannya sadar dan memperbaiki diri, malah nambah beban dan nyusahin diri sendir. Malangnya..Hehe.
Tapi sekarang, alhamdulillah.
Menurut saya komitmen itu gak bisa terwujud hanya karena ada keinginan melakukan sesuatu. Cara melakukan sesuatu itu juga penting. Let see kesalahan-kesalahan yang saya perbuat sebelumnya,
1. Memiliki project dengan jangka waktu penyelesaian hitungan bulan.
Wow, sounds great isnt it? Tapi ini adalah kesalahan terfatal yang saya perbuat. Why? Saya orang yang termasuk gak sabaran. Hasil yang cepat dan tepat adalah morfin bagi darah, bensin untuk mobil. Solusinya, milestone di kecilin sehingga initial result bisa di liat sekitar 1 atau 2 minggu maksimal.
2. Maaf (di ikuti aduh), gak ada waktu..gak ada uang..gak ada wanita..gak ada bla, bla, bla...
Inilah second killer komitmen saya yang gak jauh berbahayanya.Tapi juga yang paling saya rasain sekarang efeknya. Constraint atau keterbatasan adalah anugrah. Saya seharusnya mandiri bisa berinovasi walaupun dalam keadaan serba kekurangan. Dari sini pun saya dapat menilai diri saya sendiri, seberapa besar/kuat sih keinginan saya untuk melangkah? Apakah ini hanya sekedar komitmen taik kucing (baca: baunya bentar aja)? Kalau memang komitmen sejati, seharusnya saya gak akan mencoba untuk membuat alasan. Gak ada waktu? Bullshit, potong waktu nonton how i met your mother jadi satu jam dan muali kerjakan project. Permasalahannya, saya hanya tidak menginginkan komitmen itu sepenuh hati. Thats all.
3. Kayanya malam jumat kliwon waktu yang tepat untuk ngoding.
Ketika malam jumat datang, saya malah nongkrong dan akhirnya bangun kesiangan. Waktu yang tepat memang gak akan pernah ada. Do it fuckn' now!
4. Yes, ...
Kenapa sih museum itu layak untuk di kunjungi? Karena museum bukan gudang yang semua barang di masukin. Ada proses pemilihan karya oleh sang kurator. Ini nih yang parah abis, saya keseringan mengatakan 'YA' daripada 'NO'. Banyak ide briliant dan enthusiasm pun lagi tinggi-tingginya..namun itu bisa menjadi jebakan yang mematikan jika saya tidak bisa mengidentifikasikan hal tersebut sebagai sesuatu yang berguna dan implemented. Solusi: tulis, tulis, tulis dan revise saat anda dalam keadaan clear state. iPad aja sukses bukan karena serba ada, tapi karena banyak kurangnya.
Dan bla..bla..bla..
Kalo mau di tulis banyak banget.
Jadi, seberapa besarkah komitmenmu terhadap apa yang telah anda tetapkan? Masih sering buat excuses gak jelas? Belom ngerti kalo menjadi kurator itu penting? dan menunda adalah menyakitkan?
Move your ass kawan..